Monday, October 24, 2011

Hidup di Batas Dua Negara



Liputan6.com, Sebatik: Hubungan Indonesia dengan Malaysia kerap pasang surut, terkadang baik kadang buruk. Sebut saja persoalan batas negara yang sempat ramai diberitakan. Kedua negara sempat ribut mengklaim memiliki hak atas suatu daerah. Hal ini mengakibatkan masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan rentan terlibat konflik.

Namun tak selamanya seperti itu. Di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, sejumlah warga Indonesia justru hidup damai. Mereka membangun permukiman di sebagian tanah Indonesia dan sebagian di Malaysia.

Tengok saja rumah milik Mappangara. Teras dan ruang tamu miliknya berada di wilayah Indonesia, tapi bagian dapur dibangun di atas tanah Tawau, milik negara tetangga. Tak mengherankan, logat sang pemilik rumah pun lebih mirip Malaysia ketimbang Indonesia.

Sebagian barang elektronik milik Mappangara juga berasal dari Malaysia. Rupanya, transaksi ekonomi di Pulau Sebatik didominasi mata uang Malaysia, yakni ringgit. Meski bertahun-tahun tinggal tepat di garis perbatasan.



pemudatg kata: Lawak-lawak....rumah kat tengah-tengah sempadan negara....Masuk pintu depan rumah, dari Indonesia, keluar pintu belakang, masuk ke Malaysia.......mcm mana nak cop pasport...?

No comments:

Post a Comment